MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI
IMPLEMENTASI NYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A PENDAHULUAN
Dunia pendidikan tak
lepas dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dalam hal ini dapat diartikan
sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara efektif. Paradigma siswa yang semula hanya menerima apa yang diberikan oleh
guru dalam pembelajaran konvensional perlu diubah menjadi siswa sebagai penentu
arah pembelajaran agar terjadi peningkatan kemandirian dan prestasi
belajar siswa. Peran siswa yang semula
pasif menerima informasi dari gurunya harus diubah menjadi lebih aktif dalam
belajarnya. Siswa harus dilibatkan dalam pengelolaan belajarnya di samping
melatih kemandirian siswa juga menjadikan siswa itu menjadi lebih bertanggung
jawab terhadap belajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar aktif dan terlibat dalam setiap
kegiatan pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemandirian belajar dan
prestasi belajar siswa. Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh
seorang guru untuk menunjang proses belajar siswa dengan pola dan kegiatan
bertahap. [1]
Salah satu model
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirain dan prestasi belajar PAI
yaitu penerapan model pembelajaran mandiri. Model pembelajaran mandiri
menyebabkan siswa memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain,
untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya
sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan
strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi prestasi belajarnya sendiri.[2]
Model pembelajaran
mandiri lebih menekankan pada keterampilan, proses dan sistem dibandingkan
pemenuhan isi dan tes. Melalui penerapan pembelajaran mandiri, siswa diberikan
otonomi dalam mengelola belajarnya yang nantinya mengarah pada kemandirian
belajar. Kemandirian belajar (self-direction in learning) dapat diartikan
sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan
kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan
motivasinya sendiri untuk menguasai suatu
kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah
yang dijumpainya di dunia nyata.
Model pembelajaran mandiri akan memberdayakan
siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses
belajar yang dilakukan juga optimal yang berimbas pada peningkatan kemandirian
belajar dan prestasi belajar siswa.Untuk lebih lanjut akan dibahas tentang
model pembelajaran mandiri .
Berdasarkan uraian di atas maka akan dibahas “Model
Pembelajaran Mandiri”masalah yang akan dikemukakan adalah :
1.
Bagaimana
Konsep Pembelajaran Mandiri ?
2.
Bagai
mana karakteristik atau ciri Model
Pembelajaran Mandiri dan langkah langkahnya?
3.
Bagaimana Syarat-syarat belajar mandiri?
4.
Bagaimana
Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri?
5.
Bagaimana
Model Pembelajaran Mandiri Diimplementasikan dengan Pendidikan Agama Islam?
B. PEMBAHASAN
1. Konsep Pembelajaran Mandiri
a. Pengertian Pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala (61: 2009) pembelajaran adalah
“membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan”.Jadi pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik.,
sedangkan belajar oleh peserta didik.
Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seeorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.[3]
Jadi pembelajaran terjadi dalam suatu kondisi lingkungan yang diciptakan untuk
mempeloleh hasil dalam bentuk sikap(dapat dalam pengembangan potensi ).
MenurutTrianto
“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.[4] Jadi
pembelajaran terjadi karena usaha guru mengarahkan siswanya untuk
mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
adalah proses komunikasi antara pendidik, dengan peserta didik dengan kondisi lingkungan yang diciptakan untuk mengarahkan peserta didik dalam mengubah tingkah laku (sikap) sebagai hasil pencapaian
tujuan belajar yang diusahakan oleh peserta didik.
b. Pengertian Mandiri
Pengertian mandiri dapat ditinjau dari sudut pandang etimologi dan
terminologi. Mandiri secara etimologi diartikan sebagai keadaan dapat berdiri
sendiri atau tidak tergantung pada orang lain. Sedang secara terminologi,
mandiri dimaknai sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu tanpa minta tolong kepada orang lain. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, tidak
tergantung kepada orang lain.[5]
Mandiri sering di samakan dengan kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah
laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri
c.
Pengertian
Pembelajaran Mandiri
Pengertian
belajar Mandiri menurut Dr.Rusman ,M.Pd yang
dikutip dari beberapa akhli seperti Wedemeyer adalah peserta didik yang belajar
secara mandiri mempunyai kebebasan unuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan oleh pendidik di
kelas.Menurut Kozma,Belle,Williams (1978)dalam Panen dan Sekarwinahyu(1997)yang
dikutif oleh Rusman dalam ,Model-Model Pembelajaran mendefinisikan belajar mandiri adalah sebagai
usaha individu peserta didik yang bersifat otomatis untuk mencapai kompetensi
akademis tertentu.[6]Menurut
Haris Mujiman, belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang diawali dengan
kesadaran adanya masalah, disusul dengan timbulnya niat melakukan kegiatan
belajar secara sengaja untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diperlukan guna
mengatasi masalah.[7]
Dari pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong
oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu
masalah, dan dibangun dengan betul pengetahuan atau kompetensi yang telah
dimiliki.
Penjelasan
untuk batasan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a.
Kegiatan
belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan
pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
b.
Motif,
atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong
kegiatan belajar secara intensif, persistem, terarah dan kreatif.
c.
Kompetensi
adalah pengetahuan, atau ketrampilan, yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
d.
Dengan
pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar,
sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya
e.
Tujuan
belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar,
sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.
Dalam
status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional, tujuan akhir
belajar dari setiap unit penugasan dapat
ditetapkan oleh pengajar, tetapi tujuan-tujuan antaranya ditetapkan sendiri
oleh pembelajar. Dari batasan itu dapat diperoleh gambaran bahwa seseorang yang
sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai, dan ditentukan,
oleh motif yang mendorongnya belajar.
Pembelajar tersebut secara fisik bisa sedang belajar sendirian, belajar
kelompok dengan kawan-kawannya atau bahkan sedang dalam situasi belajar
klasikal dalam kelas tradisonal. Akan tetapi, bila motif yang mendorong
kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang ia
inginkan, maka ia sedang menjalankan belajar mandiri.
d.
Konsep Pembelajaran Mandiri
Sesuai dengan konsep belajar
mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat :
·
Menyadari
bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun hubungan
tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media
belajar.
·
Mengetahui
konsep belajar mandiri
·
Mengetahui
kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau dukungan.
·
Mengetahui
kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh bantuan/dukungan..
Belajar mandiri memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari
bahan cetak, siaran maupun bahan rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan,
istilah mandiri menegaskan bahwa kendali belajar, serta keluwesan waktu, maupun
tempat belajar, terletak pada pembelajar yang belajar. Dengan demikian, belajar
mandiri, sebagai metode yang dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajar yang
memposisikan pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil
keputusan atau inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya
sendiri dengan atau tanpa bantuan dari orang lain.[8]
Bagian terpenting dari konsep belajar mandiri adalah bahwa setiap
siswa harus mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi, karena identifikasi
sumber informasi ini sangat dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar
seorang siswa pada saat siswa tersebut membutuhkan bantuan atau dukungan.
2.
Karakteristik atau ciri
pembelajaran Mandiri
a.
Karakteristik pembelajaran Mandiri
a)
Menekankan proses membelajarkan
bagaimana belajar (learninghow to lern)
b)
.Mengutamakan strategi pembelajaran
yang mendukung proses belajar yang bermakna.
c)
Membantu peserta didik agar cakap
dalam memikirkan dan memilih jawaban atas persoalan yang dihadapkan
kepadanya.
d)
Pendidik tidak banyak menyampaikan
informasi langsung kepada.[9]
Dari karakteristik
pembelajaran tersebut dapat dipahami beberapa hal.
Pertama pendidik harus memberikan arahan bagaimana cara belajar
yang baik dan sesuai pada peserta didik, agar peserta didik
memahami cara belajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang
ada dalam dirinya.Karena kesesuaian cara belajar seseorang akan mempermudah
untuk menyerap informasi dan mengolahnya untuk membentuk suatu pemahaman
dalam pikirannya.
Kedua pendidik dituntut untuk cermat dalam membuat konsep pembelajaran yang efektif sehingga dapat dicerna dengan baik oleh peserta
didik.
Ketiga pendidik harus membantu pada peserta didik menganalisis
masalah ataupun persoalan, sehingga
peserta didik mampu untuk memikirkan dan memecahkan persoalan
yang akan dihadapinya.
Keempat pendidik tidak banyak memebrikan
materi ataupun informasi secara langsung kepada peserta didik untuk melatih
penalaran serta mendorong rasa ingin tahu dari peserta didik.Segala pemahaman
dari pembelajaran yang telah dikemukakan menjelaskan bahwa pembelajaran
merupakan proses untuk mengembangkan dan membentuk kepribadian peserta didik,
meliputi mental, pola berpikir, bersosialisasi
b.
Ciri
Model Pembelajaran Mandiri
1)
Ciri
Umum Model Pembelajaran Mandiri adalah :
a)
Tujuan
Berbentuk Piramid
Telah
disinggung di atas bahwa dalam belajar mandiri terbentuk struktur tujuan
belajar (yang identik dengan struktur kompetensi) berbentuk piramid. Besar dan
bentuk piramid sangat bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak
faktor yang berpengaruh. Di antaranya adalah kekuatan motivasi belajar,
kemampuan belajar, dan ketersediaan sumber belajar. Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa semakin kuat motivasi belajar, semakin tinggi kemampuan
belajar, dan semakin tersedia sumber belajar. Secara umum dapat dikatakan,
bahwa keadaan ini menunjukkan kemungkinan semakin tingginya kualitas kegiatan
belajar, dan semakin banyaknya kompetensi yang diperoleh.
b)
Sumber
dan Media Belajar
Belajar
mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Pengajar, tutor,
kawan, pakar, praktisi,dan siapapun yang memiliki informasi dan ketrampilan
yang diperlukan pembelajar dapat menjadi sumber belajar. Paket-paket belajar
yang berisi instruksi dan materi, buku teks, hingga teknologi informasi , dapat
digunakan sebagai media belajar dalam belajar mandiri. Ketersediaan sumber dan
media belajar turut menentukan kekuatan motivasi belajar. Apabila sumber dan
bahan belajar tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup di dalam
mesyarakat, kegiatan belajar mandiri menjadi terdukung. Lebih-lebih bila
penguasaan kompetensi yang bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat mendapatkan reward yang sepadan, maka belajar mandiri
akan berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat.
c)
Tempat
Belajar
Belajar
mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di warnet, dan
di mana pun tempat yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar. Akan
tetapi, memang ada tempat-tempat belajar tertentu yang paling sering digunakan
pembelajar, yaitu rumah dan sekolah. Lingkungan belajar di tempat-tempat
tersebut perlu mendapatkan perhatian, sehingga pembelajar merasa nyaman
melakukan kegiatan belajar.
d)
Waktu
Belajar
Belajar
mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang dikehendaki pembelajar, di
antara waktu yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Masing-masing
pembelajar memiliki preserensi waktu sendiri-sendiri, sesuai dengan
ketersediaan waktu yang ada padanya.
e)
Tempo
dan Irama Belajar
Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan
belajar ditentukan sendiri oleh pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,
dan kesempatan yang tersedia.
f)
.
Cara Belajar
Pembelajar
memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini antara lain terkait
dengan tipe pembelajar, apakah ia termasuk auditif, visual, kinestetik, atau
tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu menemukan tipe dirinya, serta cara
belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.
g)
Evaluasi
Hasil Belajar
Evaluasi
hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Dengan membandingkan
antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya, pembelajar akan mengetahui
sejauh mana keberhasilannya. Hasil selfevaluation yang dilakukan berulang-kali
akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih lanjut. Pada umumnya
kegagalan yang terus menerus dapat menurunkan kekuatan motivasi belajar.
Sebaliknya keberhasilan-keberhasilan akan memperkuat motivasi belajar.[10]
2)
Ciri khusus program belajar mandiri yang
bermutu meliputi hal-hal berikut :
a)
Kegiatan
belajar untuk siswa dikembangkan dengan cermat dan rinci. Pengajaran sendiri
berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi langkah-langkah yang
terpisah dan kecil, masing-maing membahas satu konsep tunggal atau sebagian
dari bahan yang diajarkan. Besar langkah bisa berbeda-beda, namun urutannya
perlu diperhatikan dengan teliti.
b)
Kegiatan
dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memperhatikan sasaran
pengajaran yang dipersyaratkan.
c)
Penguasaan
pembelajar terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan ke
langkah berikutnya.
d)
Apabila
muncul kesulitan, pembelajar mungkin perlu mempelajari lagi atau meminta
bantuan pengajar.
Jadi, pembelajar secara
terus-menerus ditantang, harus menyelesaikan kegiatan yang diikutinya, langsung
mengetahui hasil belajar atau usahanya, dan merasakan keberhasilan[11].
c.
Langkah
langkah Model Pembelajaran Mandiri
Sedangkan
dalam proses belajar mandiri ini ada beberapa langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh pembelajar baik satu orang atau kelompok yaitu :
1)
Menetapkan
tujuan Pembelajar memilih atau berpartisipasi dalam memilih, untuk bekerja demi
sebuah tujuan penting, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang bermakna
bagi dirinya maupun orang lain. Tujuan bukanlah akhir semuanya. Tujuan itu akan
memberikan kesempatan untuk menerapkan keahlian profesional akademik kedalam
kehidupan sehari-hari. Saat pembelajar mencapai tujuan yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari, proses tersebut membantu mereka mencapai standar
akademik yang tinggi.
2)
Membuat
rencana Pembelajar menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan mereka.
Merencanakan disini meliputi melihat lebih jauh ke depan dan memutuskan
bagaimana cara untuk berhasil. Rencana yang diputuskan siswa tergantung pada
apakah mereka ingin menyelesaikan masalah, menentukan persoalan, atau
menciptakan suatu proyek. Rencana yang dibuat seseorang bergantung pada
tujuannya. Baik tujuan tersebut melibatkan penyelesaian masalah, menyelesaikan
persoalan tersebut, semuannya membutuhkan pengambilan tindakan, mengajukan
pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, serta
berfikir secara kritis, dan kritis. Kemampuan untuk melakukan hal-hal tersebut
memungkinkan keberhasilan pembelajaran mandiri.
3)
Mengikuti
rencana dan mengukur kemajuan diri. Sejak semula, pembelajar tidak hanya menyadari
tujuan mereka, tetapi mereka juga harus menyadari keahlian akademik mereka yang
harus dikembangkan serta kecakapan yang diperoleh dalam proses belajar mandiri.
Selain proses tersebut mereka harus mengevaluasi seberapa baik rencana mereka
berjalan.
4)
Membuahkan
hasil akhir Pembelajar mendapatkan suatu hasil baik yang tampak maupun yang
tidak tampak bagi mereka. Ada ribuan cara untuk menampilkan hasil-hasil dari
pembelajaran mandiri. Yang paling jelas adalah sebuah kelompok mungkin
menghasilkan portofolio, dan dapat pula memberikan informasi menggunakan
grafik, atau tampil untuk mempresentasikan hasil belajar mereka dan siap
dikomentari oleh pembelajar yang lainnya
5)
Menunjukkan
kecakapan melalui penilaian autentik Para pembelajar menunjukkan kecakapan
terutama dalam tugas-tugas yang mandiri dan autentik. Dengan menggunakan
standart nilai dan penunjuk penilaian untuk menilai portofolio, jurnal,
presentasi, dan penampilan pembelajar sehingga pengajar dapat memperkirakan
tingkat pencapaian akademik mereka. Sebagai tambahan penilaian autentik
menunjukkan sedalam apakah proses belajar mengajar yang diperoleh siswa dari
pembelajaran mandiri tersebut. Proses belajar mandiri adalah proses yang kaya,
bervariasi, dan menantang. Keefektifan bergantung tidak hanya pada pengetahuan
dan dedikasi pembelajar, tetapi juga dedikasi dan keahlian pengajar.[12]
d.
Syarat-syarat
Belajar Mandiri
Syarat-syarat belajar mandiri, diantaranya :
a.
Adanya
motivasi belajar
Untuk melakukan belajar aktif, motivasi
belajar merupakan syarat yang harus dikembangkan dahulu. Tanpa motivasi belajar
yang cukup kuat untuk menguasai sesuatu kompetensi, belajar mandiri tidak
mungkin dijalankan tetapi sebaliknya, belajar mandiri diperkirakan akan dapat
menumbuhkan motivasi belajar. Pengembangan motivasi belajar merupakan bagian
tersulit dalam penyiapan dan penumbuhan kemampuan belajar mandiri, sebab upaya
pengembangan motivasi belajar mempersyaratkan ketersediaan informasi tentang untung-ruginya belajar dan
kemampuan pembelajar mengolah informasi tersebut dengan benar.
Informasi
tentang keuntungan dan kerugian melakukan kegiatan belajar, untuk menguasai
sesuatu kompetensi, harus tersedia selengkap dan setepat mungkin, agar
pembelajar dapat mengetahui dengan baik :
b.
Keuntungan
yang akan ia dapatkan,
c.
Beban
yang ia harus tanggung,
d.
Kesesuaian
antara kompetensi yang akan dia akan dapatkan dengan kebutuhannya, apakah pemilikan kompetensi itu
akan dapat memenuhi kebutuhannya,
e.
Apakah
ia memiliki kemampuan yang diperlukan untuk belajar dan menguasai
kompetensi itu, dan
f.
Apakah kegiatan belajar itu kira-kira akan
memberikan rasa senang atau tidak, rasa senang dapat timbul apabila pengalaman
belajar yang lalu memberikan hasil baik dan cukup memuaskan.
Semua
informasi itu diperlukan untuk membangun kekuatan motivasi belajar. Kekuatan
motivasi akan cukup kuat bila analisisnya terhadap informasi menghasilkan
jawaban-jawaban affirmative(setuju) atau positif. Apabila kekuatan motivasinya
cukup besar, ia akanmemutuskan untuk belajar guna mendapatkan kompetensi yang
dijanjikan oleh kegiatan itu. Bila kekuatan motivasinya lemah, ia akan
memutuskan untuk tidak belajar guna mencapai kompetensi itu. Dengan kata lain,
informasi yang lengkap dan tepat ia akan belajar, atau tidak belajar guna
mencapai kompetensi itu..
g.
Adanya
masalah
Syarat
kedua adalah harusnya ada masalah yang menarik dan bermakna bagi siswa. Masalah harus
riil, actual dan memiliki kaitan dengan kehidupan, sehingga akan memudahkan
siswa untuk mencari jawabannya dan pembelajar pun lebih semangat untuk
memecahkan masalahnya. Belajar mandiri ini memberikan kebebasan kepada pembelajar untuk
mencari, mengidentifikasikan, memecahkan, mencari solusi, membandingkan, dan
menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya.
h.
Menghargai
pendapat pembelajar
Masih
banyak sekali pembelajaran yang mana guru mendominasi kelas, sebagian
pembelajar menerima apa yang diperintahkan oleh pengajar. Padahal banyak
pembelajar yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan banyak juga siswa
yang aktif, kreatif, dinamis, idealis yang merupakan hasil dari belajar mandiri
pembelajar tersebut.
i.
Peran
pengajar
a.
Peran
pengajar merupakan dalah satu syarat belajar mandiri
1.
Pengajar
sebagai Demostrator
Dalam
perananya sebagai demonstrator hendaknya pengajar senantiasa mengembangkan
dalam artian meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena
hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2.
Pengajar
sebagai Organisator
Guru
sebagai organisator, pengelola akademik, silabus, jadwal pelajaran, dll.
Komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan
dengan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas, dan efisien
belajar pada diri pembelajar .
3.
Pengajar
sebagai Motivator
Peranan
pengajar sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar.
4.
Pengajar
sebagai Pengarah
Dalam
hal ini, pengajar harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
pembelajar sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5.
Pengajar
sebagai Transmitter
Dalam kegiatan
mengajar pengajar juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan
dan pengetahuan.[13]
e.
Kelebihan
dan Kelemahan Belajar Mandiri
a.
Kelebihan Belajar Mandiri
Terdapat berbagai fakta yang
menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program belajar mandiri belajar lebih
keras, lebih banyak, dan mampu lebih
lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti
kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan sejumlah keunggulan unik sebagai
metode pengajaran :
1. Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada
siswa yang lamban maupun yang cepat, untuk menyelesaikan pelajaran sesuai
dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam, kondisi belajar yang cocok.
2. Rasa percaya diri dan tanggung jawab
pribadi yang dituntut dari siswa oleh program
belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan
pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan, dan tingkah laku pribadi.
3. Program belajar mandiri dapat menyebabkan
lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi
kesempatan yang lebih luasuntuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
4. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang
terlibat dalamprogram belajar mandiri berubah karena waktu untuk penyajian
menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa
dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
5. Siswa cenderung lebih menyukai
metode belajar mandiri daripada metode tradisional karena sejumlah keunggulan yang
dinyatakan diatas.
b.
Kelemahan Belajar Mandiri
Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus
diketahui :
1.
Mungkin
kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau antara
pembelajar dengan pembelajar apabila program belajar mandiri dipakai sebagai
metode satu-satunya dalam mengajar. Kerena itu, perlu direncanakan kegiatan
kelompok kecil antara pengajar dan pembelajar secara berjangka.
2.
Program
mandiri tidak cocok untuk semua pembelajar atau semua pengajar. Amatan
menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya belajar dan mengajar, kira-kira 20%
mahasiswa perguruan tinggi lebih menyukai belajar dalam kelompok melalui
ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui kegiatan perseorangan.
3.
Kurangnya
disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan kelambatan
penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola perilaku baru
perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar mandiri. Karena alasan
ini, lebih baik menetapkan batas waktu (mingguan atau bulanan) yang dapat
disesuaikan oleh siswa menurut kecepatannya masing-masing.
4.
Metode
belajar mandiri sering menuntut kerja sama dan perencanaan tim yang rinci di
antara staf pengajar yang terlibat. Juga, koordinasi dengan pelayanan penunjang
(sarana, media, percetakan, dll) mungkin
diperlukan atau bahkan merupakan suatu keharusan. Semuanya ini
berlawanan dengan ciri pengajaran tradisional yang hanya dilakukan oleh seorang
guru saja.
c.
Implementasi
Model Mandiri Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Agama Islam secara
umum adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam,
yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. [14]
Agama mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan manusia sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan
alat pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting.oleh karena itu
agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar
dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.
Agama mempunyai peranan yang penting
dalam kehidupan manusia sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan
serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang sangat
penting.oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia
Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi
manusia yang utuh
Pendidikan agama merupakan bagian
pendidikan yang sangat penting yang berkaiatan dengan aspek-aspek sikap dan
nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga
menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan agama
Islam tentu mempunyai tujuan-tujuan dan itu dijabarkan dalam silabus.
Berikut
kita lihat penerapan Model Pembelajaran Mandiri
pada
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
BERBASIS
MODEL BELAJAR
MANDIRI
Satuan
Pendidikan
|
:
|
SMP/MTs
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
Pendidikan
Agama Islam (PAI)
|
Kelas /
Semester
|
:
|
VIII / 1I
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
14. Memahami
hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan.
|
Kompetensi
Dasar
|
:
|
14.1.
Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram dimakan
|
Indikator
|
:
|
|
Alokasi Waktu
|
:
|
1 X
40 menit ( 1 pertemuan)
|
Pertemuan I
|
:
|
Indikator 1
dan 2
|
- Tujuan Pembelajaran:
Dengan
terlibat dalam permainan picture to picturedan concept map,
-
Peserta didik dapat mengidentifikasi hewan-hewan
yang dihalalkan dan diharamkan dalam Islam
-
Peserta didik dapat mengklasifikasikan
hewan-hewan yang dihalalkan dan diharamkan dalam Islam
-
Peserta didik dapat memberikan alasan dengan tepat dan benar apa
yang menjadi pilihannya.
Karakter Peserta didik yang diharapkan :
Bekerja sama (cooperation),
rasa hormat dan
perhatian (respect),
Berani (bravery),
Tanggung jawab (responsibility)
Materi Pembelajaran :
Hewan-hewan
yang halal dan haram dimakan dalam Islam beserta alasannya
- Metode Pembelajaran :
·
Ceramah interaktif (Kalimat Pembuka)
·
Picture-to-Picture
·
Concept-Map
- Sumber Pembelajaran :
·
Buku paket PAI SMP kelas VIII
·
Kartu berlabel binatang halal dan binatang
haram
·
Kartu berlabel binatang ternak, binatang
unggas, binatang yang bangkainya halal,
binatang bertaring dan buas, binatang kotor dan menjijikkan, binatang
yang boleh
dibunuh, binatang yang dilarang
dibunuh, binatang yang hidup di dua alam
·
Gambar-gambar binatang
·
Buku Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP
Sumber Pembelajaran
- Buku paket PAI SMP kelas VIII
- Kartu berlabel binatang halal dan binatang
haram
- Kartu berlabel binatang ternak, binatang
unggas, binatang yang bangkainya halal, binatang bertaring dan buas,
binatang kotor dan menjijikkan, binatang yang boleh dibunuh, binatang yang
dilarang dibunuh, binatang yang hidup di dua alam
- Gambar-gambar binatang
Buku Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP
- VI. Langkah-langkah
Pembelajaran:
No
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Pengorganisasian
|
|
kegiatan Siswa
|
Waktu
|
||
Kegiatan Awal
|
|||
1
|
Memberi salam ,
Menanyakan siswa yang tidak masuk ,
JIka jam pertama mengajak anak berdoa sebelum belajar
Menyampaikan tujuan, apersepsi dan motivasi.
|
kls
|
5 menit
|
Kegiatan Inti
|
|||
2
|
Eksplorasi :
Terdapat dua jenis kartu, kartu konsep dan kartu nama hewan.
Kartu-kartu tersebut dibagi secara acak kepada peserta didik di kelas.
Kemudian peserta didik yang menerima kartu diberi kesempatan
untuk mencermati konsep apa dan jenis hewan apa yang tertulis pada kartu
Peserta didik
|
k/g
i/g
|
5
menit
|
3
|
Elaborasi :
Guru menfasilitasi kelas dengan cara bertanya :
Siapa yang membawa kartu berlabel “hewan yang halal dan hewan
yang haram”?
Peserta didik yang memegang ketiga kartu tersebut diminta maju ke
depan kelas, untuk berdiri sambil memperlihatkan kartunya ke depan peserta
didik lainnya.
Guru melanjutkannya dengan meminta peserta didik yang membawa
kartu berlabel hewan ternak, hewan unggas, dan bangkainya halal, untuk merapat
kepada peserta didik yang memegang kartu ‘hewan yang halal”.
Guru melanjutkannya dengan meminta peserta didik yang memegang
kartu berlabel “bertaring dan buas, kotor dan menjijikkan, diperbolehkan
membunuhnya, dilarang membunuhnya, dan hidup di dua alam”, untuk merapat
kepada kawannya yang memegang kartu “hewan yang haram”.
Selanjutnya Guru meminta peserta didik yang tidak memegang kartu
untuk mencermati, adakah hewan yang ada pada posisi yang kurang sesuai dengan
klasifikasinya.
|
k/g
i/g
k/g
k/g
k/i
|
15 menit
|
4
|
Korfirmasi :
Guru bersama dengan seluruh anggota kelas bersama mengucapkan
dengan suara keras dan kompak kartu-kartu yang dipegang oleh peserta didik di
depan kelas.
Guru memandu dan memotivasi kelas untuk menyebutkan hewan yang
halal dan hewan yang haram dalam Islam sesuai dengan klasifikasi dan jenis
hewannya, beserta alasannya
Guru mengakhiri kelas dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan:
ada berapa kelompok hewan yang dihalalkan dan hewan yang diharamkan dalam Islam?
|
k/g
|
5 menit
|
Penutup
|
|||
5
|
Peserta didik dipandu oleh guru menyimpulkan bahwa hewan yang
halal terdiri dari 3 kelompok, yakni, binatang ternak, binatang unggas, dan
binatang yang bangkainya halal. Sedangkan hewan yang haram terdiri dari 5
kelompok, yakni, binatang bertaring dan buas, binatang kotor dan menjijikkan,
binatang yang diperbolehkan membunuh, binatang yang dilarang membunuh, dan
binatang yang hidup di dua alam
|
k
|
2 menit
|
6
|
Evaluasi/tes akhir ( terlampir )
|
i
|
8 menit
|
Keterangan: i = Individual;
p = berpasangan; g = group; k = klasikal.
Penilaian:
Prosedur Tes:
–
Tes awal :
ada
–
Tes Proses : ada
–
Tes Akhir : ada
Jenis Tes:
–
Tes awal :
lisan
–
Tes Proses : Pengamatan
–
Tes Akhir :
Tertulis
Alat Tes:
–
Tes awal:
1.
Sebutkan
kelompok hewan yang halal dan hewan yang haram dalam Islam!
2.
Sebutkan
jenis hewan apa saja yang termasuk dalam kelompok binatang ternak, binatang
unggas, dan binatang yang bangkainya halal!
3.
Sebutkan
jenis hewan apa saja yang termasuk dalam kelompok binatang buas dan tertaring,
binatang kotor dan menjijikkan, binatang yang boleh dibunuh, binatang yang
dilarang dibunuh, dan binatang yang hidup di dua alam!
4.
Ada
berapa kelompok hewan yang haram dan ada berapa kelompok hewan yang haram
menurut ajaran Islam?
– Tes
proses:
No
|
Indikator
|
Nilai
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Keaktifan peserta dalam terlibat dalam permainan P-to-P, Concept map
|
|||||
2
|
Keaktifan dalam pengelompokan hewan yang halal dan hewan yang haram
sesuai kartu yang dipegang
|
|||||
3
|
Keaktifan dalam berdiskusi
|
|||||
4
|
Kesanggupan dalam bekerja sama
|
|||||
5
|
Keaktifan dalam menjawab pertanyaan
|
Tes akhir:
1.
Di antara hewan-hewan berikut ini, manakah yang merupakan kelompok
binatang halal?
a.
ternak
b. unggas c. bangkainya
halal d. semua benar
2.
Di antara hewan-hewan berikut ini, manakah yang merupakan kelompok
binatang haram?
a. Bertaring dan buas, kotor dan menjijikkan b. Binatang yang boleh
dibunuh, binatang yang dilarang
dibunuh c. Binatang ternak, d. Jawaban a dan b benar
–
Tugas Rumah:
Carilah dalil naqli (ayat-ayat
al-Quran atau hadits Nabi SAW) yang menjelaskan tentang hewan yang halal dan
hewan yang haram, selanjutnya ditulis dan diartikan dalam bahasa Indonesia.
Palembang, 1 Desember 2015
Mengetahui Guru Mata Pelajaran PAI
Kepala SMA N 3 Plg
Ttd.
Ttd.
Dra.Hj,RusdianaM.Si.
Subiartini
Nip.195803031985032003 .Nip.196208081984032008
Kesimpulan
Belajar mandiri bukan dalam artian sebatas belajar ’sendiri”
tanpa bimbingan.Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri di rumah,
maupun berkelompok disekolah. Hal yang lebih essensial dari belajar
mandiri adalah siswa dalam
melakukan pembelajaran atas kehendak dan dengan kemauan serta motivasi dari
dirinya sendiri. Belajar dilakukan karena dorongan individu yang berkehendak
dan termotivasi untuk belajar.Untuk meningkatkan efektivitas belajar
mandiri diperlukan lingkungan yang mendukung antara lain : sumber belajar yang mudah diakses, sarana prasarana
yang memadai, kesiapan pengajar dalam memfasilitasi.Peningkatan jumlah siswa
yang mampu melakukan pembelajaran mandiri dilakukan melalui peningkatan
kompetensi guru dalam mendisain pembelajaran yang mengakomodir hal
tersebut.
Sistem Belajar Mandiri atau Proses belajar mandiri, memberi
kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan
guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang
khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Model
belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat,
serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran atau uraian
materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian
inilah,belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa, diantaranya
menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak jauh,(e-learning,dsb)
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru atau
instruktur diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai
fasilisator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi
kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada
program tutorial. Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk
mengubah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.Sebagai
contoh rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum Nasional sudah dapat
mencerminkan belajar mandiri. Karena guru hanya memberikan fakta atau konsep
saja ,siswalah yang megembangkan materinya.
Tiap Komponen dalam sistem belajar mandiri saling terkait satu sama
lain, agar Sistem Belajar Mandiri dapat terselenggara dengan baik, maka
sepatutnya dikelola tersendiri dengan memerhatikan seluruh komponen sistem
serta kategori dan fungsi manajemen.
Dalam Pembelajaran
mandiri peserta didik dituntut aktif dan kooperatif untuk memperoleh informasi.
Tugas pengajar/pembimbing hanya sebagai fasilitator yang mendukung , membimbing
dan membantu peserta didik bila mengalami kesulitan . jadi peserta didik tidak
tergantung kepada pengajar.sehingga peserta didik bisa lebih perkembang dan
mandiri. Sarana pendukung pembelajaran ini bisa menggunakan media cetak maupun elektronik
seperti komputer, internet , dll. Tujuannya agar dapat meningkatkan kemampuan,
ketrampilan , serta kreatifitas peserta didik .
DAFTAR
PUSTAKA
Astawan
I Gede, 2010 ,Model-Model Pembelajaran Inovatif, Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Elaine
B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan
Belajar
Haris
Mudjiman, 2008. Belajar Mandiri, Surakarta : UNS Press.
Jerold
E Kemp, 1994, Proses Perancangan Pengajaran, Bandung : ITB.
---------------------
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung : Mizan Learning Center.
Moh. Uzer Usman, 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rusman,
2014. Model-Model PembelajaranMengembangkan Profesionalisme Guru edisi ke-2 Jakarta:raja grafindo Persada.
Saiful
sagala, 2009.Konsepdan Makna Pembelajaran,Bandung:alfabeta.
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana,.
W.J.S.Poerwa
darminta, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka.
Zakiah Drajat, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara,