Senin, 28 Desember 2015

MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI IMPLEMENTASI NYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI

IMPLEMENTASI NYA PADA  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A     PENDAHULUAN
         Dunia pendidikan tak lepas dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif. Paradigma siswa yang semula hanya menerima apa yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran konvensional perlu diubah menjadi siswa sebagai penentu arah pembelajaran agar terjadi peningkatan kemandirian dan prestasi belajar  siswa. Peran siswa yang semula pasif menerima informasi dari gurunya harus diubah menjadi lebih aktif dalam belajarnya. Siswa harus dilibatkan dalam pengelolaan belajarnya di samping melatih kemandirian siswa juga menjadikan siswa itu menjadi lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh seorang guru untuk menunjang proses belajar siswa dengan pola dan kegiatan bertahap. [1]
         Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirain dan prestasi belajar PAI yaitu penerapan model pembelajaran mandiri. Model pembelajaran mandiri menyebabkan siswa memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi prestasi belajarnya sendiri.[2]
         Model pembelajaran mandiri lebih menekankan pada keterampilan, proses dan sistem dibandingkan pemenuhan isi dan tes. Melalui penerapan pembelajaran mandiri, siswa diberikan otonomi dalam mengelola belajarnya yang nantinya mengarah pada kemandirian belajar. Kemandirian belajar (self-direction in learning) dapat diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu  kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
          Model pembelajaran mandiri akan memberdayakan siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar yang dilakukan juga optimal yang berimbas pada peningkatan kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa.Untuk lebih lanjut akan dibahas tentang model pembelajaran mandiri .
           Berdasarkan  uraian di atas maka akan dibahas “Model Pembelajaran Mandiri”masalah yang akan dikemukakan adalah :
1.      Bagaimana Konsep Pembelajaran Mandiri ?
2.      Bagai mana karakteristik atau ciri  Model Pembelajaran Mandiri dan langkah langkahnya?
3.      Bagaimana  Syarat-syarat belajar mandiri?
4.      Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri?
5.      Bagaimana Model Pembelajaran Mandiri Diimplementasikan dengan Pendidikan Agama Islam?
B.  PEMBAHASAN
1.      Konsep Pembelajaran Mandiri
a.   Pengertian Pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala (61: 2009) pembelajaran adalah “membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan”.Jadi pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik., sedangkan belajar oleh peserta didik.
Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seeorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.[3] Jadi pembelajaran terjadi dalam suatu kondisi lingkungan yang diciptakan untuk mempeloleh hasil dalam bentuk sikap(dapat dalam pengembangan potensi ).
      MenurutTrianto “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.[4]  Jadi pembelajaran terjadi karena usaha guru mengarahkan siswanya  untuk mencapai tujuan. 
Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pendidik, dengan peserta didik dengan kondisi lingkungan yang diciptakan untuk mengarahkan peserta didik  dalam mengubah  tingkah laku (sikap) sebagai hasil pencapaian tujuan belajar yang diusahakan oleh peserta didik. 
b.  Pengertian Mandiri
Pengertian mandiri dapat ditinjau dari sudut pandang etimologi dan terminologi.  Mandiri  secara  etimologi diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak tergantung pada orang lain. Sedang secara terminologi, mandiri dimaknai sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu  tanpa  minta tolong kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain.[5] Mandiri sering di samakan dengan kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri 
c.       Pengertian Pembelajaran Mandiri
Pengertian belajar Mandiri menurut  Dr.Rusman ,M.Pd yang dikutip dari beberapa akhli seperti Wedemeyer adalah peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan unuk belajar tanpa harus menghadiri  pembelajaran yang diberikan oleh pendidik di kelas.Menurut Kozma,Belle,Williams (1978)dalam Panen dan Sekarwinahyu(1997)yang dikutif oleh Rusman dalam ,Model-Model Pembelajaran  mendefinisikan belajar mandiri adalah sebagai usaha individu peserta didik yang bersifat otomatis untuk mencapai kompetensi akademis tertentu.[6]Menurut Haris Mujiman, belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang diawali dengan kesadaran adanya masalah, disusul dengan timbulnya niat melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diperlukan guna mengatasi masalah.[7]
             Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan betul pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.
Penjelasan untuk batasan tersebut di atas adalah sebagai berikut : 
a.       Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
b.      Motif, atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persistem, terarah dan kreatif.
c.       Kompetensi adalah pengetahuan, atau ketrampilan, yang dapat digunakan untuk  memecahkan masalah.
d.      Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah  informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan  baru yang dibutuhkannya
e.       Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.
Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional, tujuan akhir belajar dari setiap unit  penugasan dapat ditetapkan oleh pengajar, tetapi tujuan-tujuan antaranya ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Dari batasan itu dapat diperoleh gambaran bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai, dan ditentukan, oleh motif  yang mendorongnya belajar. Pembelajar tersebut secara fisik bisa sedang belajar sendirian, belajar kelompok dengan kawan-kawannya atau bahkan sedang dalam situasi belajar klasikal dalam kelas tradisonal. Akan tetapi, bila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang ia inginkan, maka ia sedang menjalankan belajar mandiri.
d.      Konsep Pembelajaran Mandiri
 Sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat :
·         Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun hubungan
  tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
·          Mengetahui konsep belajar mandiri
·         Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau dukungan.
·         Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh bantuan/dukungan..
Belajar mandiri memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran maupun bahan rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan, istilah mandiri menegaskan bahwa kendali belajar, serta keluwesan waktu, maupun tempat belajar, terletak pada pembelajar yang belajar. Dengan demikian, belajar mandiri, sebagai metode yang dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajar yang memposisikan pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau tanpa bantuan dari orang lain.[8]
Bagian terpenting dari konsep belajar mandiri adalah bahwa setiap siswa harus mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi, karena identifikasi sumber informasi ini sangat dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar seorang siswa pada saat siswa tersebut membutuhkan bantuan atau dukungan.
2.      Karakteristik atau ciri pembelajaran Mandiri
a.       Karakteristik  pembelajaran Mandiri
a)      Menekankan proses membelajarkan bagaimana belajar (learninghow to lern)
b)      .Mengutamakan strategi pembelajaran yang mendukung proses belajar yang bermakna.
c)      Membantu peserta didik agar cakap dalam memikirkan dan memilih jawaban atas persoalan yang dihadapkan kepadanya.
d)     Pendidik tidak banyak menyampaikan informasi langsung kepada.[9]
                Dari karakteristik pembelajaran tersebut dapat dipahami beberapa hal.
Pertama pendidik harus memberikan arahan bagaimana cara belajar yang baik dan sesuai pada peserta didik, agar peserta didik memahami cara belajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya.Karena kesesuaian cara belajar seseorang akan mempermudah untuk menyerap informasi dan mengolahnya untuk membentuk suatu pemahaman dalam pikirannya.
 Kedua pendidik dituntut untuk cermat dalam membuat konsep  pembelajaran yang efektif sehingga  dapat  dicerna dengan baik oleh peserta didik.
Ketiga  pendidik harus membantu pada peserta didik  menganalisis  masalah  ataupun persoalan,   sehingga  peserta didik mampu untuk memikirkan dan memecahkan persoalan yang akan dihadapinya.

 Keempat pendidik tidak banyak memebrikan materi ataupun informasi secara langsung kepada peserta didik untuk melatih penalaran serta mendorong rasa ingin tahu dari peserta didik.Segala pemahaman dari pembelajaran yang telah dikemukakan menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses untuk mengembangkan dan membentuk kepribadian peserta didik, meliputi mental, pola berpikir, bersosialisasi
b.      Ciri  Model Pembelajaran Mandiri
1)      Ciri  Umum Model Pembelajaran Mandiri  adalah :
a)      Tujuan Berbentuk Piramid
Telah disinggung di atas bahwa dalam belajar mandiri terbentuk struktur tujuan belajar (yang identik dengan struktur kompetensi) berbentuk piramid. Besar dan bentuk piramid sangat bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak faktor yang berpengaruh. Di antaranya adalah kekuatan motivasi belajar, kemampuan belajar, dan ketersediaan sumber belajar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin kuat motivasi belajar, semakin tinggi kemampuan belajar, dan semakin tersedia sumber belajar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa keadaan ini menunjukkan kemungkinan semakin tingginya kualitas kegiatan belajar, dan semakin banyaknya kompetensi yang diperoleh.
b)      Sumber dan Media Belajar
Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Pengajar, tutor, kawan, pakar, praktisi,dan siapapun yang memiliki informasi dan ketrampilan yang diperlukan pembelajar dapat menjadi sumber belajar. Paket-paket belajar yang berisi instruksi dan materi, buku teks, hingga teknologi informasi , dapat digunakan sebagai media belajar dalam belajar mandiri. Ketersediaan sumber dan media belajar turut menentukan kekuatan motivasi belajar. Apabila sumber dan bahan belajar tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup di dalam mesyarakat, kegiatan belajar mandiri menjadi terdukung. Lebih-lebih bila penguasaan kompetensi yang  bermanfaat bagi kehidupan masyarakat mendapatkan reward yang sepadan, maka belajar mandiri akan berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat.
c)      Tempat Belajar
Belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di warnet, dan di mana pun tempat yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar. Akan tetapi, memang ada tempat-tempat belajar tertentu yang paling sering digunakan pembelajar, yaitu rumah dan sekolah. Lingkungan belajar di tempat-tempat tersebut perlu mendapatkan perhatian, sehingga pembelajar merasa nyaman melakukan kegiatan belajar.
d)     Waktu Belajar
Belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Masing-masing pembelajar memiliki preserensi waktu sendiri-sendiri, sesuai dengan ketersediaan waktu yang ada padanya.
e)      Tempo dan Irama Belajar
 Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri oleh pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.
f)       . Cara Belajar
Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini antara lain terkait dengan tipe pembelajar, apakah ia termasuk auditif, visual, kinestetik, atau tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu menemukan tipe dirinya, serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.
g)      Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya, pembelajar akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Hasil selfevaluation yang dilakukan berulang-kali akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih lanjut. Pada umumnya kegagalan yang terus menerus dapat menurunkan kekuatan motivasi belajar. Sebaliknya keberhasilan-keberhasilan akan memperkuat motivasi belajar.[10]

2)       Ciri khusus program belajar mandiri yang bermutu meliputi hal-hal berikut :
a)      Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan dengan cermat dan rinci. Pengajaran sendiri berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi langkah-langkah yang terpisah dan kecil, masing-maing membahas satu konsep tunggal atau sebagian dari bahan yang diajarkan. Besar langkah bisa berbeda-beda, namun urutannya perlu diperhatikan dengan teliti.
b)      Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memperhatikan sasaran pengajaran yang dipersyaratkan.
c)      Penguasaan pembelajar terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan ke langkah berikutnya.
d)     Apabila muncul kesulitan, pembelajar mungkin perlu mempelajari lagi atau meminta bantuan pengajar.
 Jadi, pembelajar secara terus-menerus ditantang, harus menyelesaikan kegiatan yang diikutinya, langsung mengetahui hasil belajar atau usahanya, dan merasakan keberhasilan[11].

c.       Langkah langkah Model Pembelajaran Mandiri
Sedangkan dalam proses belajar mandiri ini ada beberapa langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pembelajar baik satu orang atau kelompok yaitu :
1)      Menetapkan tujuan Pembelajar memilih atau berpartisipasi dalam memilih, untuk bekerja demi sebuah tujuan penting, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Tujuan bukanlah akhir semuanya. Tujuan itu akan memberikan kesempatan untuk menerapkan keahlian profesional akademik kedalam kehidupan sehari-hari. Saat pembelajar mencapai tujuan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, proses tersebut membantu mereka mencapai standar akademik yang tinggi.
2)      Membuat rencana Pembelajar menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan mereka. Merencanakan disini meliputi melihat lebih jauh ke depan dan memutuskan bagaimana cara untuk berhasil. Rencana yang diputuskan siswa tergantung pada apakah mereka ingin menyelesaikan masalah, menentukan persoalan, atau menciptakan suatu proyek. Rencana yang dibuat seseorang bergantung pada tujuannya. Baik tujuan tersebut melibatkan penyelesaian masalah, menyelesaikan persoalan tersebut, semuannya membutuhkan pengambilan tindakan, mengajukan pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, serta berfikir secara kritis, dan kritis. Kemampuan untuk melakukan hal-hal tersebut memungkinkan keberhasilan pembelajaran mandiri.
3)      Mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri.  Sejak semula, pembelajar tidak hanya menyadari tujuan mereka, tetapi mereka juga harus menyadari keahlian akademik mereka yang harus dikembangkan serta kecakapan yang diperoleh dalam proses belajar mandiri. Selain proses tersebut mereka harus mengevaluasi seberapa baik rencana mereka berjalan.
4)      Membuahkan hasil akhir Pembelajar mendapatkan suatu hasil baik yang tampak maupun yang tidak tampak bagi mereka. Ada ribuan cara untuk menampilkan hasil-hasil dari pembelajaran mandiri. Yang paling jelas adalah sebuah kelompok mungkin menghasilkan portofolio, dan dapat pula memberikan informasi menggunakan grafik, atau tampil untuk mempresentasikan hasil belajar mereka dan siap dikomentari oleh pembelajar yang lainnya
5)      Menunjukkan kecakapan melalui penilaian autentik Para pembelajar menunjukkan kecakapan terutama dalam tugas-tugas yang mandiri dan autentik. Dengan menggunakan standart nilai dan penunjuk penilaian untuk menilai portofolio, jurnal, presentasi, dan penampilan pembelajar sehingga pengajar dapat memperkirakan tingkat pencapaian akademik mereka. Sebagai tambahan penilaian autentik menunjukkan sedalam apakah proses belajar mengajar yang diperoleh siswa dari pembelajaran mandiri tersebut. Proses belajar mandiri adalah proses yang kaya, bervariasi, dan menantang. Keefektifan bergantung tidak hanya pada pengetahuan dan dedikasi pembelajar, tetapi juga dedikasi dan keahlian pengajar.[12]
d.      Syarat-syarat Belajar Mandiri
Syarat-syarat belajar mandiri, diantaranya :
a.       Adanya motivasi belajar
     Untuk melakukan belajar aktif, motivasi belajar merupakan syarat yang harus dikembangkan dahulu. Tanpa motivasi belajar yang cukup kuat untuk menguasai sesuatu kompetensi, belajar mandiri tidak mungkin dijalankan tetapi sebaliknya, belajar mandiri diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar. Pengembangan motivasi belajar merupakan bagian tersulit dalam penyiapan dan penumbuhan kemampuan belajar mandiri, sebab upaya pengembangan motivasi belajar mempersyaratkan  ketersediaan  informasi tentang untung-ruginya belajar dan kemampuan pembelajar mengolah informasi tersebut dengan benar.
  Informasi tentang keuntungan dan kerugian melakukan kegiatan belajar, untuk menguasai sesuatu kompetensi, harus tersedia selengkap dan setepat mungkin, agar pembelajar dapat mengetahui dengan baik :
b.      Keuntungan yang akan ia dapatkan,
c.       Beban yang ia harus tanggung,
d.      Kesesuaian antara kompetensi yang akan dia akan dapatkan dengan   kebutuhannya, apakah pemilikan kompetensi itu akan dapat memenuhi kebutuhannya,
e.       Apakah ia memiliki kemampuan yang diperlukan untuk belajar dan menguasai
 kompetensi itu, dan
f.        Apakah kegiatan belajar itu kira-kira akan memberikan rasa senang atau tidak, rasa senang dapat timbul apabila pengalaman belajar yang lalu memberikan hasil baik dan cukup memuaskan.
Semua informasi itu diperlukan untuk membangun kekuatan motivasi belajar. Kekuatan motivasi akan cukup kuat bila analisisnya terhadap informasi menghasilkan jawaban-jawaban affirmative(setuju) atau positif. Apabila kekuatan motivasinya cukup besar, ia akanmemutuskan untuk belajar guna mendapatkan kompetensi yang dijanjikan oleh kegiatan itu. Bila kekuatan motivasinya lemah, ia akan memutuskan untuk tidak belajar guna mencapai kompetensi itu. Dengan kata lain, informasi yang lengkap dan tepat ia akan belajar, atau tidak belajar guna mencapai kompetensi itu..
g.      Adanya masalah
Syarat kedua adalah  harusnya ada masalah yang  menarik dan bermakna bagi siswa. Masalah harus riil, actual dan memiliki kaitan dengan kehidupan, sehingga akan memudahkan siswa untuk mencari jawabannya dan pembelajar pun lebih semangat untuk memecahkan masalahnya. Belajar mandiri ini  memberikan kebebasan kepada pembelajar untuk mencari, mengidentifikasikan, memecahkan, mencari solusi, membandingkan, dan menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya.
h.      Menghargai pendapat pembelajar
Masih banyak sekali pembelajaran yang mana guru mendominasi kelas, sebagian pembelajar menerima apa yang diperintahkan oleh pengajar. Padahal banyak pembelajar yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan banyak juga siswa yang aktif, kreatif, dinamis, idealis yang merupakan hasil dari belajar mandiri pembelajar tersebut.
i.        Peran pengajar
a.       Peran pengajar merupakan dalah satu syarat belajar mandiri
1.      Pengajar sebagai Demostrator
Dalam perananya sebagai demonstrator hendaknya pengajar senantiasa mengembangkan dalam artian meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2.      Pengajar sebagai Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola akademik, silabus, jadwal pelajaran, dll. Komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan dengan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas, dan efisien belajar pada diri pembelajar .
3.      Pengajar sebagai Motivator
Peranan pengajar sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar.
4.      Pengajar sebagai Pengarah
Dalam hal ini, pengajar harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar pembelajar sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5.      Pengajar sebagai Transmitter  
Dalam kegiatan mengajar pengajar juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.[13]
e.       Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri
a.         Kelebihan Belajar Mandiri
           Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program belajar mandiri belajar lebih keras, lebih banyak, dan  mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan sejumlah keunggulan unik sebagai metode pengajaran :
1.  Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun yang cepat, untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam, kondisi belajar yang cocok.
 2. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh   program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan, dan tingkah laku pribadi.
3.   Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luasuntuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
4.  Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalamprogram belajar mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
   5.  Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar mandiri daripada metode    tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan diatas.
b.       Kelemahan Belajar Mandiri
Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus diketahui :
                                    1.      Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau antara pembelajar dengan pembelajar apabila program belajar mandiri dipakai sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Kerena itu, perlu direncanakan kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan pembelajar secara berjangka.
                                    2.      Program mandiri tidak cocok untuk semua pembelajar atau semua pengajar. Amatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya belajar dan mengajar, kira-kira 20% mahasiswa perguruan tinggi lebih menyukai belajar dalam kelompok melalui ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui kegiatan perseorangan.
                                    3.      Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar mandiri. Karena alasan ini, lebih baik menetapkan batas waktu (mingguan atau bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut kecepatannya masing-masing.
                                    4.      Metode belajar mandiri sering menuntut kerja sama dan perencanaan tim yang rinci di antara staf pengajar yang terlibat. Juga, koordinasi dengan pelayanan penunjang (sarana, media, percetakan, dll) mungkin  diperlukan atau bahkan merupakan suatu keharusan. Semuanya ini berlawanan dengan ciri pengajaran tradisional yang hanya dilakukan oleh seorang guru saja.

c.       Implementasi Model  Mandiri Pembelajaran  Pendidikan Agama Islam
      Pengertian Pendidikan Agama Islam secara umum  adalah  pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu  pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. [14]
       Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebab agama merupakan  motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting.oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.
       Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting.oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh
       Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang berkaiatan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan agama Islam tentu  mempunyai tujuan-tujuan  dan itu dijabarkan dalam silabus.
Berikut kita lihat penerapan Model Pembelajaran Mandiri  pada

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
BERBASIS MODEL BELAJAR MANDIRI
Satuan Pendidikan
   :
SMP/MTs
Mata Pelajaran
:
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kelas / Semester
:
VIII / 1I
Standar Kompetensi
:
14. Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan.
Kompetensi Dasar
:
14.1. Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram dimakan
Indikator
:
  1. Mengidentifikasi hewan-hewan yang halal dan haram dimakan  dalam Islam beserta alasannya
  2. Mengklasifikasi kelompok hewan yang halal dan haram dimakan dalam Islam beserta alasannya.
Alokasi Waktu
:
1 X  40  menit ( 1 pertemuan)
Pertemuan I
:
Indikator 1 dan 2
  1. Tujuan Pembelajaran:
Dengan terlibat dalam permainan picture to picturedan concept map,
-          Peserta didik dapat mengidentifikasi hewan-hewan yang dihalalkan dan diharamkan dalam Islam
-          Peserta didik dapat mengklasifikasikan hewan-hewan yang dihalalkan dan diharamkan dalam Islam
-          Peserta didik dapat  memberikan alasan dengan tepat dan benar apa yang menjadi pilihannya.
Karakter Peserta didik yang diharapkan :
            Bekerja sama (cooperation),
             rasa hormat dan perhatian (respect),
             Berani (bravery),
            Tanggung jawab (responsibility)
Materi Pembelajaran :
Hewan-hewan yang halal dan haram dimakan dalam Islam beserta alasannya
  1. Metode Pembelajaran :
·         Ceramah interaktif (Kalimat Pembuka)
·         Picture-to-Picture
·         Concept-Map
  1. Sumber Pembelajaran :
·         Buku paket PAI SMP kelas VIII
·         Kartu berlabel binatang halal dan binatang haram
·         Kartu berlabel binatang ternak, binatang unggas, binatang yang bangkainya halal,
       binatang bertaring dan buas, binatang kotor dan menjijikkan, binatang yang boleh 
       dibunuh,   binatang yang dilarang dibunuh, binatang yang hidup di dua alam
·         Gambar-gambar binatang
·         Buku Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP
Sumber Pembelajaran
  1. Buku paket PAI SMP kelas VIII
  2. Kartu berlabel binatang halal dan binatang haram
  3. Kartu berlabel binatang ternak, binatang unggas, binatang yang bangkainya halal, binatang bertaring dan buas, binatang kotor dan menjijikkan, binatang yang boleh dibunuh, binatang yang dilarang dibunuh, binatang yang hidup di dua alam
  4. Gambar-gambar binatang
Buku Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP
  1. VI.   Langkah-langkah Pembelajaran:
No
Kegiatan Pembelajaran
Pengorganisasian
  kegiatan              Siswa
Waktu
Kegiatan Awal

1
Memberi salam ,
Menanyakan siswa yang tidak masuk ,
JIka jam pertama mengajak anak berdoa sebelum belajar
Menyampaikan tujuan, apersepsi dan motivasi.

kls

5 menit
Kegiatan Inti
2
Eksplorasi :
Terdapat dua jenis kartu, kartu konsep dan kartu nama hewan. Kartu-kartu tersebut dibagi secara acak kepada peserta didik di kelas.

Kemudian peserta didik yang menerima kartu diberi kesempatan untuk mencermati konsep apa dan jenis hewan apa yang tertulis pada kartu
Peserta didik


k/g


i/g

5 menit
3
Elaborasi :
Guru menfasilitasi kelas dengan cara bertanya :
Siapa yang membawa kartu berlabel “hewan yang halal dan hewan yang haram”?

Peserta didik yang memegang ketiga kartu tersebut diminta maju ke depan kelas, untuk berdiri sambil memperlihatkan kartunya ke depan peserta didik lainnya.

Guru melanjutkannya dengan meminta peserta didik yang membawa kartu berlabel hewan ternak, hewan unggas, dan bangkainya halal, untuk merapat kepada peserta didik yang memegang kartu ‘hewan yang halal”.

Guru melanjutkannya dengan meminta peserta didik yang memegang kartu berlabel “bertaring dan buas, kotor dan menjijikkan, diperbolehkan membunuhnya, dilarang membunuhnya, dan hidup di dua alam”, untuk merapat kepada kawannya yang memegang kartu “hewan yang haram”.

Selanjutnya Guru meminta peserta didik yang tidak memegang kartu untuk mencermati, adakah hewan yang ada pada posisi yang kurang sesuai dengan klasifikasinya.


k/g


i/g





k/g



k/g






k/i

15 menit
4
Korfirmasi :
Guru bersama dengan seluruh anggota kelas bersama mengucapkan dengan suara keras dan kompak kartu-kartu yang dipegang oleh peserta didik di depan kelas.

Guru memandu dan memotivasi kelas untuk menyebutkan hewan yang halal dan hewan yang haram dalam Islam sesuai dengan klasifikasi dan jenis hewannya, beserta alasannya

Guru mengakhiri kelas dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan: ada berapa kelompok hewan yang dihalalkan dan hewan yang diharamkan dalam Islam?


k/g



5  menit
Penutup
5
Peserta didik dipandu oleh guru menyimpulkan bahwa hewan yang halal terdiri dari 3 kelompok, yakni, binatang ternak, binatang unggas, dan binatang yang bangkainya halal. Sedangkan hewan yang haram terdiri dari 5 kelompok, yakni, binatang bertaring dan buas, binatang kotor dan menjijikkan, binatang yang diperbolehkan membunuh, binatang yang dilarang membunuh, dan binatang yang hidup di dua alam

k
2 menit
6
Evaluasi/tes akhir ( terlampir )
i
8 menit

Keterangan: i = Individual;   p = berpasangan;   g = group;   k = klasikal.
Penilaian:
Prosedur Tes:
–          Tes awal            : ada
–          Tes Proses        : ada
–          Tes Akhir           : ada
Jenis Tes:
–          Tes awal            : lisan
–          Tes Proses        : Pengamatan
–          Tes Akhir           : Tertulis
Alat Tes:
–          Tes awal:
1.      Sebutkan kelompok hewan yang halal dan hewan yang haram dalam Islam!
2.      Sebutkan jenis hewan apa saja yang termasuk dalam kelompok binatang ternak,  binatang unggas, dan binatang yang bangkainya halal!
3.      Sebutkan jenis hewan apa saja yang termasuk dalam kelompok binatang buas dan tertaring, binatang kotor dan menjijikkan, binatang yang boleh dibunuh, binatang yang dilarang dibunuh, dan binatang yang hidup di dua alam!
4.      Ada berapa kelompok hewan yang haram dan ada berapa kelompok hewan yang haram menurut ajaran Islam?
–          Tes proses:
No
Indikator
Nilai

1
2
3
4
5
1
Keaktifan peserta dalam terlibat dalam permainan P-to-P, Concept map





2
Keaktifan dalam pengelompokan hewan yang halal dan hewan yang haram sesuai kartu yang dipegang





3
Keaktifan dalam berdiskusi





4
Kesanggupan dalam bekerja sama






5
Keaktifan dalam menjawab pertanyaan







        Tes akhir:
1.  Di antara hewan-hewan berikut ini, manakah yang merupakan kelompok binatang halal?
a.  ternak            b.   unggas      c.  bangkainya halal       d. semua benar
2.  Di antara hewan-hewan berikut ini, manakah yang merupakan kelompok binatang haram?
a. Bertaring dan buas, kotor  dan menjijikkan b. Binatang yang boleh dibunuh, binatang yang  dilarang dibunuh   c. Binatang ternak,   d. Jawaban a dan b benar


–          Tugas Rumah:
Carilah dalil naqli (ayat-ayat al-Quran atau hadits Nabi SAW) yang menjelaskan tentang hewan yang halal dan hewan yang haram, selanjutnya ditulis dan diartikan dalam bahasa Indonesia.
                                                                                                     Palembang,  1   Desember  2015
Mengetahui                                                                                  Guru Mata Pelajaran PAI                                             
Kepala SMA N 3 Plg
Ttd.                                                                                                                 Ttd.


Dra.Hj,RusdianaM.Si.                                                                                      Subiartini 
Nip.195803031985032003                                                               .Nip.196208081984032008







Kesimpulan
Belajar mandiri bukan dalam artian sebatas belajar ’sendiri” tanpa bimbingan.Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri di rumah, maupun berkelompok disekolah. Hal yang lebih essensial dari belajar mandiri adalah  siswa dalam melakukan pembelajaran atas kehendak dan dengan kemauan serta motivasi dari dirinya sendiri. Belajar dilakukan karena dorongan individu yang berkehendak dan termotivasi untuk belajar.Untuk meningkatkan efektivitas belajar mandiri diperlukan lingkungan yang mendukung antara lain : sumber  belajar yang mudah diakses, sarana prasarana yang memadai, kesiapan pengajar dalam memfasilitasi.Peningkatan jumlah siswa yang mampu melakukan pembelajaran  mandiri dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru dalam mendisain pembelajaran yang mengakomodir hal tersebut. 
Sistem Belajar Mandiri atau Proses belajar mandiri, memberi kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah,belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak jauh,(e-learning,dsb)
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru atau instruktur diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.Sebagai contoh rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum Nasional sudah dapat mencerminkan belajar mandiri. Karena guru hanya memberikan fakta atau konsep saja ,siswalah yang megembangkan materinya.
Tiap Komponen dalam sistem belajar mandiri saling terkait satu sama lain, agar Sistem Belajar Mandiri dapat terselenggara dengan baik, maka sepatutnya dikelola tersendiri dengan memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori dan fungsi manajemen
           Dalam Pembelajaran mandiri peserta didik dituntut aktif dan kooperatif untuk memperoleh informasi. Tugas pengajar/pembimbing hanya sebagai fasilitator yang mendukung , membimbing dan membantu peserta didik bila mengalami kesulitan . jadi peserta didik tidak tergantung kepada pengajar.sehingga peserta didik bisa lebih perkembang dan mandiri. Sarana pendukung pembelajaran ini bisa menggunakan media cetak maupun elektronik seperti komputer, internet , dll. Tujuannya agar dapat meningkatkan kemampuan, ketrampilan , serta kreatifitas peserta didik .










DAFTAR PUSTAKA


Astawan I Gede, 2010 ,Model-Model Pembelajaran Inovatif, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Elaine B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar
Haris Mudjiman, 2008. Belajar Mandiri, Surakarta : UNS Press.
Jerold E Kemp, 1994, Proses Perancangan Pengajaran, Bandung : ITB.
--------------------- Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung : Mizan Learning Center.
Moh. Uzer Usman, 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusman, 2014. Model-Model PembelajaranMengembangkan Profesionalisme Guru  edisi ke-2 Jakarta:raja grafindo Persada.
Saiful sagala, 2009.Konsepdan Makna Pembelajaran,Bandung:alfabeta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,.
W.J.S.Poerwa darminta, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka.
Zakiah Drajat, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,





        [1] Trianto. . Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007),Hal
        [2] Astawan I Gede,Model-Model Pembelajaran Inovatif, ( Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha,2010), hal .
[3] Saiful sagala,Konsepdan Makna Pembelajaran,(Bandung:alfabeta,2009)hal 61.
         [4] Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Kencana,2010)hal.17.
        [5] W.J.S.Poerwa darminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta :Balai Pustaka,1996),hal. 625
        [6] Rusman, Model-Model PembelajaranMengembangkan Profesionalisme Guru  edisi ke-2(Jakarta:raja grafindo Persada,2014 ),hal.356.
         [7] Haris Mudjiman, Belajar Mandiri, (Surakarta : UNS Press, 2008),hal. 1
        [8] Ibidem. Haris Mudjiman, Belajar Mandiri, (Surakarta : UNS Press, 2008),hal4
        [9] A.Wahab Jufri .Belajar dan Pembelajaran SAINS,(Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2013)hlm. 43,

        [10] Ibidem. Haris Mudjiman, Belajar Mandiri, (Surakarta : UNS Press, 2008),hal
        [11] Jerold E Kemp, Proses Perancangan Pengajaran, (Bandung : ITB, 1994), 155
        [12] Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : Mizan Learning Center, 2007), 172-175
        [13] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 9
        [14] Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), 89

2 komentar: